Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Friday, September 19, 2014

Cerpen Motivasi

cerpen ini menginspirasi kita agar tak terlalu lelap dalam kegagalan

PATRIKAN
Hari ini,  9 juli 2012, untuk kesekian kalinya aku terjatuh, terjatuh dalam jurang kegagalan. Setelah sekian lama dan berulang kali aku berusaha tetap saja gagal. Ada sebuah teriakan kecil dalam dada yang telah lama membekas yang ingin aku keluarkan. Tapi tidak, aku tak kuat, aku mencoba tegar dengan hidup ini.
Pagi ini seperti biasanya aku beraktifitas seperti anak ilmu biasanya. Mandi pagi, sarapan, ke sekolah, pulang , tidur, belajar, dan tidur lagi. Tak ada yang istimewa dalam hidupku, aku mencoba hidup normal dan biasa-biasa saja setelah kegagalan itu. Aku dorman, aku tak ingin mengalami sakit yang kesekian kalinya. Tak ada jadwal latihan taekwondo, tak ada jadwal les matematika, fisika, kimia yang menyebalkan, dan tak ada jadwal les musik, semua hilang. Aku ingin move on dari hal-hal yang telah lama menyakitiku. Aku adalah orang yang putus asa, padahal aku sudah mencoba bertahan untuk terus mencoba dan tidak putus asa. Sekarang aku tak percaya dengan pepatah-pepatah basi seperti “ kegagalan adalah awal dari kesuksesan”. Tapi apa, mengapa aku belum juga sukses? Mengapa hati ini berkata kamu tak akan sukses? Mulai saat itulah aku berani mematri pemikiran ku, bahwa aku selamanya akan gagal, dan tuhan memang tak meberkati ku.
“gubrakk” bunyi berisik memekikkan telinga kesayanganku. Dengan segera aku dekati sumber suara tadi. Sebuah foto kenangan yang tak ternilai harganya ditabrak oleh kucing pembantuku . Kuambil foto dan membiarkan kaca yang pecah berguling-guling di lantai. Foto itu mengingatkan ku pada suatu kejadian luar biasa di masa lalu. Foto itu merasuki pikiran ku, aku sedih, aku kecewa, dan aku dusta akan diriku sendiri. Foto itu menggambarkan sebuah keluarga yang indah, tapi yang paling menarik dari foto itu adalah sang teladan ku, ayah. Ayah yang ada di foto itu yang selalu menyemangatiku , dan selalu mengatakan pepatah basi yang sudah aku hilangkan dari kamus hidupku beberapa hari kemarin. Tiba-tiba ibu datang,” mengapa mata mu berkaca-kaca nak?” kata nya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Aku semakin tak kuat untuk menjawab, matahari yang selalu menyinari ku dimanapun dan kapanpun itu kini hanya bayang-bayang, tak terlihat lagi. Ia tertutupi oleh air mata yang mulai membasahi wajah ini. “tak apa bu, lagi sedih aja, kangen sama ayah” jawabku sambil terisak-isak. Dengan langkah gontai, ku arungi ruang demi ruang hingga sampai pada tempat yang aku rasa nyaman. Kamarku adalah surga bagiku, jika ia bisa bicara mungkin terlalu banyak yang akan aku dengar. Mulai dari cerita sedih, gembira, tegang, sampai mengecewakan pernah ku luapkan ditempat setia ini. Saat itu tiba-tiba terbesit suara ayah dalam otakku. “kamu ingin menyerah dengan hidup ini,jangan!! jangan takut, hadapi apapun, jika gagal bangkit, jangan terpuruk” dengarku pelan. Aku seakan dibawa ke tempat dimana aku bisa memperoleh jawaban terbaik. Aku mulai sadar, putus asa hanya akan membuatku semakin terpuruk, bukan semakin baik. Putus asa itu ibarat fatamorgana jika kamu melihatnya dari jauh, ia indah sekali. Tapi, disaat kau dekati dia hilang, dia hanya bayangan semu yang akan menghancurkanmu. Aku merasa kejadian ini merupakan peringatan tuhan buat hambanya, agar aku tak jatuh di jurang yang salah.
Setelah kejadian itu, aku seakan kembali hidup. Aku merasa ada jiwa baru yang merasuki diriku, aku merasa ada motivasi baru yang membuatku hidup. Sampai suatu ketika aku ditawari mengikuti kejuaraan taekwondo tingkat regional. Berkat semangat baru itu aku merasa punya modal untuk mengalahkan lawan-lawanku. Kerja keras adalah hal yang paling melekat di otak dan hati ku. Mulai pagi sebelum berangkat sekolah, pulang sekolah, bahkan aku sempatkan diriku untuk latihan malam hari. “deo, kok masih latihan sih malam-malam gini” kata ibu dengan suara lirih dari dalam kamarnya. “gak apa-apa kok bu, pokoknya amin pengen jadi juara kali ini, udah capek bu amin gagal terus”  jawab ku santai, sambil tetap melatih kuda-kuda yang menjadi materi latihan ku malam ini. Aku termenung sesaat, tiba-tiba perasaan takut kembali datang menghampiriku. “apakah kali ini aku akan gagal lagi” gumamku dalam hati. Perasaan yang mengiris hati itu semakin kuat ketika kenangan-kenangan ketika ku gagal muncul dalam hati kecilku. “ udah malem nak, kok bengong sih” suara lirih lembut nan pelan itu membangunkanku dari khayalan kecil sang pengiris hat iitu. “gapapa kok bu, amin lagi mikirin ulangan besok aja” jawabku sambil menyembunyikan rahasia perih itu. Tampaknya ibu yang mulai menua termakan usia itu tahu bahwa buah hatinya menyembunyikan sesuatu darinya. “tak apa nak, cerita saja, ibu juga pernah muda seperti kamu kok, siapa tahu ibu bisa membantu mu nak” kata ibu lagi dengan penuh pengharapan. Aku yang semakin tak percaya dengan ibu yang dulunya sangat sibuk, yang dulunya hampir tak pernah punya waktu untuk anak semata wayangnya ini, yang dulunya tak pernah bisa menempatkan diriku seperti anak-anak lainnya. Tapi , kini ibu berubah. Ia tak seperti dulu lagi, kini pikirannya terfokuskan pada ku, semua perhatiannya dicurahkan padaku, apa lagi saat teladan hidupku pergi meninggalkan aku dan ibuku, ia menjadi sebenar-benarnya ibu yang aku harapkan. Aku pun berpikir dua kali untuk menyampaikan apa yang telah menghantui pikiranku selama ini. Sebenarnya aku tak ingin membuat ibu bersedih dengan keputus asaan yang menghantuiku. Tapi, hati kecilku berkata bahwa sampaikanlah , jangan dipendam sendirian, apapun yang dipendam pasti akan menyakitkan. “begini bu, sejak aku gagal pada turnamen takwondo cup 2012 kemarin aku sangat putus asa, bahkan sampai suatu ketika aku bahkan tak punya semangat hidup, bahkan aku hidup hanya untuk menghabiskan oksigen” curhatku pada ibu terbaik sedunia itu.”nak hidup memang begitu, apa yang kita rencanakan belum tentu disetujui oleh tuhan, kita harus selalu siap mental. Terkadang kita di atas, terkadang kita di bawah” jawab ibuku dengan nada yang meyakinkan. Aku termenung, ibuku benar. Kita memang tak pernah tahu apa yang akan tuhan berikan pada kita. Mulai saat itu akupun kembali semakin bersemangat. Semangat yang muncul sejak kejadian kucing beberapa hari yang lalu ditambah dengan semangat baru dari ibu kesayangan membuatku merasa semakin yakin bahwa apa yang telah diberikan oleh tuhan adalah yang terbaik buat ku.
Setelah beberapa bulan latihan taekwondo. Tibalah hari dimana aku ingin menunjukkan pada dunia bahwa  aku ini ada. Pertandingan demi pertandingan pun telah dihelat. Giliranku pun datang, fisik yang sudah dipersiapkan dan ditempa sekian lama aku gunakan sebagai andalan. Ronde demi ronde pun sudah aku menangi, aku semakin merasa diatas awan. Tibalah aku di partai puncak, dimana seluruh mata terfokus pada satu pertandingan. Konsentrasiku pun mulai berkurang, aku pikir ini semua karena pertandingan-pertandingan yang telah cukup banyak aku lakukan tadi. Tapi, aku rasa ada hal lain yang mengganjalku, yang membuat jantungku berdegup kencang, ntah apa? Aku pun tak tahu. Kuda-kuda sudah aku persiapkan , tibalah saat dimana pertandingan dimulai, serangan demi serangan aku lancarkan, tangkisan pun tak mau kalah juga aku keluarkan. Tapi, sesuatu yang mengganjal tadi seakan menjadi penghalang diriku untuk menyerang dengan sekuat tenaga. Aku bingung, aku merasa ini bukan diriku, aku merasa ada hal lain yang mengganti jiwaku. “plaakk” sebuah tendangan telak menjatuhkan ku. Aku pingsan, aku merasa dunia ini gelap, tak ada cahaya, yang ku rasa hanyalah sakit. Aku tebangun dari gelap, yang aku lihat adalah putih.  Aku merasa tempat ini asing, tapi sepertinya sudah pernah ku lihat. Aku teringat dikala teladanku terbaring lemas tak berdaya di tempat ini, aku teringat bahwa orang-orang yang datang kesini adalah pesakitan. Hari demi hari pun ku lalui di sini sampai kondisiku benar-benar membaik.
Di pagi minggu setelah kesembuhanku aku memulai hari di pukul lima, aku tak berniat membangunkan diri dari kamar kecil namun nyaman ini. Aku merasa perutku mulai berontak, tak ayal aku melangkah menuju dapur, ku ambilkan makanan secukupnya, dan meminum beberapa gelas air. aku berjalan menuju surga ku lagi. Aku terhenti di ruang tengah, aku melihat pertandingan taekwondo yang sangat populer bagiku itu. Terasa ada yang mengiris hatiku, perasaan putus asa kembali muncul. Aku lanjutkan petualangan menuju surga ku lagi. Ku tarik selimut tebal yang selama ini menampung badanku setiap malam. Aku kembali teringat dengan keputus asaan. Lama ku berpikir, sampai akhirnya aku merasa   aku ingin berontak lagi. Aku muak dengan hidup seperti ini, aku tak mengakui tuhan lagi, aku tak mau mendengar ibu lagi, aku tak mau mengenang nasihat-nasihat siapapun. Aku merasa aku adalah debu di dunia ini. Aku menganggap hidupku di dunia ini tak ada gunanya. Sejak hari itu aku seakan tak mengenal semua orang di dunia ini, bahkan tuhan pun aku tak punya. Ibu yang kerap kali memanggilku tak pernah aku gubris. Aku tak tahu perasaan campur aduk apa yag ada dalam tubuh ibuku, aku tak peduli, yang aku pedulikan adalah bagaimana aku mati.
Suara batuk yang menghiasi hariku beberapa hari terakhir ini, tak pernah ku hiraukan. Aku tak mau tahu itu milik siapa, yang aku tahu ada makanan di dapur, ada uang jajan, dan ada listrik di rumahku. Iya memang kekayaan yang ditinggalkan teladanku cukup untuk menghidupi aku dan ibuku. Tapi aku tak mau ambil pusing bagaimana cara ibu menyiapkan makanan buatku? Bagaimana ia membereskan rumah? Dan sebagainya. Sebenarnya dalam hati kecilku, aku cukup mengkhawatirkan ibuku. Apalagi ketika setiap malam ia ke kamar ku dan menyelimutiku, mematikan lampu,bahkan menatap diriku dalam gelap. Tapi, aku tetap saja gengsi menegurnya sejak kegagalanku yang terakhir kali. Aku sekan tak mengenalnya, aku seakan bukan lahir dari darah dan daginya. Bahkan akupun tak memikirkan bahwa teladanku itu ada, yang aku tahu orang itu telah mati.
Suatu hari, di pagi yang dingin dan menusuk itu aku tiba-tiba ingin mengambil makan seperti biasanya, di tempat dimana perut tercintaku kenyang dan puas. Dalam perjalanan menuju dapur, hatiku tergerak untuk melihat ibu yang aku anggap tak ada itu. Ku masuki kamarnya, dan ku telusuri setiap sudutnya. Ternyata tak ada seonggok badanpun di ruangan itu. Aku hanya melihat sebuah surat kecil, yang tergeletak di meja rias ibuku, yang di sekelilingnya terdapat guratan-guratan kertas yang sudah digumpalkan dan tak berguna. Aku tertegun membaca surat itu.
Dear anakku tercinta,
Ibu tak bisa menyampaikan ini secara langsung. Ibu tahu bahwa tulang ini tak sanggup lagi menopang badan tua ini. Ibu sudah semakin berumur dan beruban. Ibu senang bisa melihat senyum tipis yag kadang genit milikmu itu . ibu semakin bahagia ketika melihatmu lahap makan setiap pagi, melihatmu menonton televisi dan kebiasaan-kebiasaan unik mu lainnya. Ibu tak pernah bersedih ketika kamu gengsi untuk menegur ibu, ketika kamu tak menganggap ibu ada, dan ketika kau tebarkan wajah cemberut mu pada ibu. Ibu hanya bersedih ketika anak tersayang ibu belum bisa memaknai hidup ini dengan baik, belum bisa menyelesaikan masalah dengan dewasa, dan belum mampu mensyukuri apapun yang diberikan tuhan. Ibu tahu kamu sangat terpukul setelah kekalahan mu kemarin, kamu sangat putus asa. Hal itu, dapat ibu lihat dari binar matamu nak. Ibu ikut bersedih disaat kamu seperti ini. Tapi, ibu tak ingin kau melihat ibu bersedih . Ibu hanya ingin kau tersenyum. Ibu juga tahu kok kalau gagal itu sakit. Ibu juga tahu kalau kamu sangat membenci ibu karena nasihat ibu. Tapi ibu hanya ingin sedikit memberi wejangan buatmu. Setiap orang itu pasti gagal, ibu pun pernah gagal, jangankan ibu bill gates pun pasti pernah gagal. Tapi mereka itu tegar, mereka ingin belajar dari kegagalan dan mereka tahu dibalik kegagalan itu tersimpan kesuksesan yang luar biasa. Setiap kegagalan itu pasti punya sebab. Sekalipun orang sukses, siapapun akan bertanya dalam hati mereka, apa sih yang membuat ku gagal? Mereka pasti akan bertanya-tanya dalam hati mereka. Ibu juga seperti itu. Makanya , jangan takut gagal nak! Jika gagal, bangkit, gagal lagi bangkit, sampai seterusnya. Tapi ibu tahu kok kalau dalam hatimu tersimpan semangat untuk berjuang yang jauh lebih besar dari yang ibu tahu. Nah nak, agar kamu tak gagal lagi, kamu harus mengevaluasi apa yang menyebabkan kamu gagal, lalu memperbaiki kesalahan itu, dan terakhir harus berani mencoba lagi, dan jangan pernah takut. Mungkin ibu rasa surat ibu ini tak menarik, tapi ketahuilah ibu sangat menyayangimu nak. Ibu memang tidak mengabarkan mu bahwa ibu sekarang sedang di rumah sakit, ibu tak mau membangunkanmu. Ibu hanya tak mau melihat anak ibu letih memikirkan ibunya. Sekian surat dari ibu, jika kamu sudah tak capek dan sudah punya kesempatan, ibu hanya ingin engkau menjenguk ibu, sebelum sang kholik mencabut nyawa ibumu ini nak.
                Hati ku tiba-tiba teriris mendengar semua perkataan, nasihat, bahkan perhatian dari matahariku itu. Aku tak kuat menahan air mata yang mulai mendesak ingin keluar ini. Tetes demi tetes air mata ini mulai bercucuran. Aku kini mulai menyadari bahwa hidup itu tak seperti yang kita inginkan. Hidup itu seperti yang kita butuhkan. Seperti ceritaku ini, yang aku butuhkan bukan kemenangan dari pertandingan taekwondo itu, yang aku butuhkan adalah kemengan dari nafsu keputusasaan. Aku pun sekarang tahu, yang dibutuhkan dalam sebuah pertandingan bukan hanya kesiapan untuk menang dan kesiapan fisik tapi juga kesiapan mental dan kesiapan untuk kalah. Berkat sinar matahari itu kini setiap bagian tubuh dan jiwaku berlomba-lomba untuk bersemangat tapi tetap bersinergi dalam menghadapi dunia yang penuh gemerlap hawa nafsu ini. Dan yang paling penting dalam hidup ini adalah patrikan dalam hati bahwa apa yang diberi tuhan adalah yang terbaik dalam hidup kita. Jika gagal bukan berarti tuhan membenci kita, tapi tuhan ingin kita belajar bahwa apa yang kita lakukan itu bukan digambarkan dari hasil, tapi dari keringat yang bercucuran untuk menggapainya. Orang yang bijak tahu kok siapa yang gagal, orang yang gagal adalah orang yang selalu berorientasi pada hasil.  

Socializer Widget By Blogger Yard
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →

0 comments:

Post a Comment